Pohon Ploso Tanaman Yang Menjadi Nama Daerah Yang Kini Mulai Langka

Pohon Ploso 

Pohon Ploso
Pohon Ploso
 
Sering mendengar nama daerah atau kawasan bernama Ploso? biasanya banyak kawasan desa maupun kecamatan di jawa timur berawalan Ploso, namun disini merujuk pada suatu species yaitu Pohon Ploso atau bernama Ilmiah Butea monosperma yang dalam julukan bahasa Inggris flame of the forest atau nyala Api di dalam Hutan. Tumbuhan ini berasal dari India hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat. 
 
Ploso memiliki berbagai nama di Asia Tenggara, tumbuhan ini disebut sebagai pouk-pen (Burma) chaa (Kamboja) chaan (Laos) thong kwaao, thong thammachaat (Thailand) dan Beberapa nama daerah di Indonesia antara lain, plasa (sunda), plåså (jawa) dan palasa. Tanaman ini berupa Pohon perdu dari Family Fabaceae hidup di daerah Tropis dan Subtropis. Di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara Tumbuhan Ploso banyak ditemui hidup di daerah hutan dengan padang Savana dan daerah dengan tanah yang Kering dan mampu tumbuh mencapai ketinggian 12-15 meter. 


Tanaman ini memiliki Bunga indah berwarna Jingga terang dan bergerombol seperti pohon berkelopak Api tak heran jika dalam bahasa Inggris dijuluki flame of the forest. Tanaman Ini digunakan untuk kayu bakar , pakan ternak, obat-obatan, dan Bunga nya sebagai pewarna. Kayunya berwarna putih agak kotor dan lunak namun Tahan lama jika bawah air di India biasa digunakan untuk trotoar sedangkan Arangnya sangat baik digunakan untuk bara Api. Daunnya biasanya digunakan untuk pakan ternak dan juga bisa untuk pembungkus makanan seperti di Jawa Tengah dengan makanannya bernama Tape Godhong Ploso. 


    Ploso atau Palasa merupakan tanaman yang mulai Langka dan sekarang ini hanya dapat ditemui di kawasan dekat hutan. Palasa bisa dikembangkan atau di perbanyak melalui biji, Biji nya berwarna merah berbentuk Pipih dan Kaku. Perkecambahan, yang dimulai sekitar 10 - 12 hari, selesai dalam 4 minggu, Benih segar memiliki kapasitas perkecambahan yang baik (sekitar 63%) pada suhu perkecambahan optimal sekitar 30 ° c. Saat berkecambah di alam liar, benih itu tetap berada di tempat yang terbuka di ujung dan memungkinkan tunas dan akar muda muncul. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url